Banyak
orang tahu Amerika kalah perang di Vietnam. Tapi yang tidak banyak
orang tidak tahu adalah, salah satu sebab Amerika kalah di Vietnam
adalah Indonesia. Kok bisa? Simak sejarahnya. Amerika adalah negara
terkuat di dunia selama beberapa abad belakangan ini. Kuat di bidang
ekonomi, kuat di bidang militer. Sekedar untuk menggambarkan kekuatan
militernya, kita bisa melihat dua fakta: Pertama, penerimaan devisa
nomor satu di Amerika adalah dari ekspor senjata, baru kemudian dari
ekspor film. Kedua, PENTAGON, Departemen Pertahanan Amerika Serikat
adalah institusi pemegang hak cipta terbanyak di dunia. Kebanyakan
penemuannya adalah di bidang persenjataan. Artinya, persenjataan Amerika
sudah terbukti paling berkembang di dunia. Dua fakta ini menunjukkan
betapa kuatnya Amerika. Akan tetapi dengan segala kekuatan ini, Amerika
kalah di Vietnam. Setidaknya dari 2,7 juta orang Amerika yang bertugas
dari Vietnam tercatat 58.159 orang tewas, 1.719 hilang, dan 303.635
orang luka-luka (wikipedia). Memang jumlah ini lebih sedikit dari jumlah
orang Vietnam yang tewas, tapi hengkangnya Amerika dari wilayah Indo
Cina tersebut jelas-jelas merupakan fakta sejarah bahwa Amerika kalah
dalam perang Vietnam. Lalu apa hubungannya dengan Indonesia? Tentara
Amerika kalah dalam perang Vietnam karena tidak mampu menghadapi
serangan gerilyawan Vietcong. Gerilyawan Vietcong sangat mengusai medan
pertempuran di hutan-hutan. Mereka sangat menguasai teknik perang
bergerilya. Lalu darimana gerilyawan Vietkong belajar perang gerilya
yang hasilnya menang perang lawan Amerika? Disinilah hubungannya perang
Vietnam dan Indonesia. Beberapa pimpinan gerilyawan Vietkong mengatakan
bahwa mereka membaca buku “Pokok-Pokok Perang Gerilya” karangan Jendral
AH Nasution dan menjadikannya pedoman mereka dalam menetapkan strategi.
Nasution adalah salah seorang dari 3 Jenderal Besar bintang 5 di
Indonesia. Vietcong tidak berpatokan pada Mao Tse Tung yang juga ahli
perang gerilya karena kondisi alam dan masyarakatnya berbeda. Kondisi
alam dan masyarakat yang paling mirip dengan Vietnam adalah Indonesia
dan itu ada dalam buku karangan Nasution (Dr. Salim Said dan Saleh A
Djamhari –sejarawan UI- mengatakan hal ini dalam beberapa seminar). Jadi
tidak berlebihan kalau dikatakan, Amerika kalah perang (salah satunya)
karena Indonesia. Apa hikmahnya? Tentu saja tulisan ini untuk
membangga-banggakan sebuah perang dengan jutaan korban. Tetap saja
perang adalah bencana, dan kita berdoa agar tidak terjadi lagi. Akan
tetapi fakta di atas menunjukkan bahwa pemikiran seorang anak bangsa
Indonesia bisa mempengaruhi peta dunia. Karena itu jangan ragu untuk
berkarya dan menuangkan pikiran kita, karena pemikiran tidak mengenal
batas tempat dan waktu. Fakta sejarah ini juga menunjukkan sekali lagi
kekuatan sebuah tulisan atau sebuah buku. Jutaan orang mungkin punya
pengalaman perang gerilya, tapi akhirnya yang bisa menjadi referensi
adalah yang menulis. Setelah kekalahannya di Vietnam, Amerika berusaha
kembali menaikkan citra dan harga dirinya. Puluhan film-film bertemakan
perang Vietnam seperti film Rambo dan film serinya “Tour of Duty”.
bermunculan dengan sudut pandang Amerika menang melawan gerilyawan
Vietnam. Belajar dari Vietnam, Amerika kini menghindari perang langsung
kecuali didahului serangan udara bertubi-tubi. Lalu apa yang bisa kita
pelajari dari perang Vietnam? Ya , kita bisa belajar bahwa kita tetap
punya kesempatan untuk bangkit, kita tetap punya kesempatan untuk
menang. Pertempuran kita saat ini bisa berwujud banyak bentuk. Saat ini
kita bertempur secara ekonomi, budaya, politik, dsb. Jika kita tidak
mempersiapkan diri dari sekarang, kita bisa terjajah secara ekonomi,
budaya, politik, dsb. Jangan bersantai-santai, karena bangsa kita bisa
jadi korban tergilas kemajuan zaman, karena tidak mampu mengejar
persaingan. Bangsa besar yang mungkin lebih harus kita cermati saat ini
justru Cina. Saat ini Cina adalah kekuatan ekonomi terbesar kedua
setelah Amerika, setelah tahun ini melampaui Jepang. Dalam waktu tidak
terlalu lama diduga Cina akan mampu melampaui Amerika. Kebijakan ekonomi
Cina saat ini mengimpor begitu banyak gas alam dan batu bara dari
Indonesia, bahkan mereka menumpuk-nya untuk cadangan energi. Negara Cina
punya material tersebut di tanah mereka tetapi mereka memilih untuk
mengimpor dari Indonesia. Kenapa? Lihat 10 - 20 tahun mendatang. Bisa
jadi kita kehabisan batu bara dan gas alam (sekarang kita minyak bumi
sudah mengimpor) dan ketika harga energi melambung tinggi mungkin kita
justru mengimpor dari Cina dengan harga sangat mahal. Di bidang moneter
(finansial) Cina juga sedang berbenah. Cina juga membeli berton-ton emas
sebagai cadangan devisanya (Negara Cina sendiri percaya ke depan
cadangan emas lebih kuat dari dollar Amerika). Langkah ini untuk
memperkuat cadangan devisa dollar Amerika milik Cina yang bahkan
jumlahnya lebih banyak dari milik Amerika sendiri. Jika pemimpin negara
kita tidak mencermati keadaan ini, maka masa depan bangsa cukup
mengkhawatirkan. Kini saatnya kita sebagai individu berusaha
menyelamatkan bangsa dimulai dari diri sendiri.Memulai dari diri sendiri
dengan membangun keluarga yang kuat. Memulai dengan membangun keluarga
yang mempunyai cita-cita tinggi dengan spirit