Blognya orang awam, yang iseng belajar komputer. yang penting ambil hikmahnya dan semoga bermanfaat.

Sabtu, 30 Juni 2012

Penyimpangan Dalam Masalah NIkah

Penyimpangan-penyimpangan Dalam Masalah Nikah 

Alangkah baiknya bila kita mengetahui masalah-masalah lain yang merupakan penyimpangan yang ada di sekitar kita sebelum seseorang itu menjejakkan kaki dalam kehidupan rumah tangga. Terpenting perkara yang akan merusak dan mengotori aqidah kita. Ketahuilah perbuatan syirik besar itu menggugurkan tauhid seseorang. Kebid’ahan menghalangi kesempurnaan tauhid seseorang. Sedangkan perbuatan maksiat yang lain akan mengotori dan menghalangi buah dari tauhid. Banyak keyakinan, pemikiran, dan amalan sebagian muslimin yang berkaitan dengan masalah pernikahan telah menyimpang dari tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara pemikiran dan amalan menyimpang tersebut adalah:

 1. Minta jodoh dan anak kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala Sebagian mereka ketika sulit mendapatkan jodoh atau anak, pergi ke kuburan atau tempat yang dianggap keramat untuk minta jodoh atau anak. Atau mereka pergi ke dukun. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan: الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ “Berdoa adalah ibadah.” (HR. At-Tirmidzi, Kitab Tafsiril Qur`an ‘an Rasulillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Bab Wa Min Suratil Baqarah, no. 2895) Tidak boleh berdoa minta diberi jodoh, anak kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena berdoa adalah ibadah, barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala berarti telah terjatuh dalam perbuatan syirik. Tidak boleh pula minta bantuan dukun atau yang disebut ‘orang pintar’. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan: مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ‏‎ ‎عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ‏‎ ‎صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً “Barangsiapa yang mendatangi ‘arraf (dukun, ahli nujum, tukang ramal dan sejenisnya), kemudian bertanya sesuatu kepadanya, tak akan diterima shalatnya selama empatpuluh hari.” (HR. Muslim, Kitabus Salam, Bab Tahrimul Kahanah wa Ityanil Kuhhan, no. 4137) Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata juga: مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ‏‎ ‎عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا‎ ‎يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا‎ ‎أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله‎ ‎عليه وسلم “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau ‘arraf, kemudian membenarkan ucapannya, berarti dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad dan lainnya) Lihatlah bahaya mendatangi dukun! Semata mendatangi dan bertanya kepada dukun akan mengakibatkan tidak diterimanya shalat selama 40 hari. Jika membenarkannya, berarti telah mengingkari apa yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Tathayyur Di antara penyelisihan aqidah dalam masalah menikah adalah melarang melakukan acara pernikahan di bulan atau hari tertentu (karena takut sial, ed.). Amalan seperti ini disebut tathayyur. Tathayyur adalah beranggapan sial pada semua yang dilihat, didengar, serta beranggapan sial pada tempat dan waktu tertentu. Keyakinan sebagian orang bahwa bulan Shafar atau bulan Suro tidak boleh ada pernikahan karena akan ada bencana bagi yang menikah di bulan tersebut adalah keyakinan yang batil. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ‏‎ ‎هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ “Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah/tathayyur, tidak ada pengaruh burung hantu, dan tidak ada (sial karena bulan) shafar.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Ath-Thib, Bab La Hamah, no. 5316) Ditafsirkan bahwa shafar adalah bulan Shafar, karena orang-orang jahiliah menganggap sial menikah di bulan Shafar. (Lihat Fathul Majid)

3. Tasyabbuh (meniru orang kafir) Tasyabbuh (meniru) orang kafir adalah amalan yang haram dalam masalah pernikahan ataupun lainnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ‏‎ ‎مِنْهُمْ “Barangsiapa yang menyerupai satu kaum maka termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud, Kitabul Libas, Bab fi Lubsi Asy-Syuhrah, no. 3512) Di antara perkara tasyabbuh yang ada dalam pernikahan adalah apa yang disebut dablah (tukar cincin/ pertunangan, -ed). Jika sampai ada keyakinan bahwa selama cincin tersebut masih di tangan kedua mempelai maka akan tetap rukun rumah tangga keduanya, berarti telah terjatuh dalam kesyirikan. Jika seseorang memakainya tanpa ada keyakinan seperti itu, dia tetap terjatuh dalam tasyabbuh. Apalagi jika cincin tersebut dari emas, maka pengantin pria terjatuh dalam keharaman lainnya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: إِنَّ هَذَيْنِ حَرَامٌ عَلَى‎ ‎ذُكُورِ أُمَّتِي حِلٌّ‏‎ ‎لِإِنَاثِهِمْ “Sesungguhnya dua benda ini (yakni emas dan sutera, pen.) haram atas laki-laki umatku dan halal bagi kaum wanitanya.” (HR. Ibnu Majah, Kitabul Libas, Bab Labsil Harir wadz Dzahab lin Nisa`, no. 3585)

4. Menikah dengan Orang yang Berbeda Agama Ketahuilah, seorang mukmin dan mukminah, bagaimanapun keadaannya, mereka tetap lebih baik daripada orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَلاَ تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ‏‎ ‎حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ‏‎ ‎مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ‏‎ ‎وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلاَ‏‎ ‎تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّى‎ ‎يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ‏‎ ‎خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ‏‎ ‎أَعْجَبَكُمْ أُولَئِكَ يَدْعُونَ‏‎ ‎إِلَى النَّارِ وَاللهُ يَدْعُو‎ ‎إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ‏‎ ‎بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ‏‎ ‎لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ‏‎ ‎يَتَذَكَّرُونَ “Dan janganlah kalian menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hati kalian. Dan janganlah kalian menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hati kalian. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 221) Sangat disayangkan, banyak orangtua mengorbankan putrinya untuk mendapatkan dunia semata, menikahkan putrinya dengan orang kafir yang tidak halal bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا‎ ‎إِذَا جَاءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ‏‎ ‎مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ‏‎ ‎اللهُ أَعْلَمُ بِإِيْمَانِهِنَّ‏‎ ‎فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ‏‎ ‎مُؤْمِنَاتٍ فَلاَ تَرْجِعُوهُنَّ‏‎ ‎إِلَى الْكُفَّارِ لاَ هُنَّ حِلٌّ‏‎ ‎لَهُمْ وَلاَ هُمْ يَحِلُّونَ‏‎ ‎لَهُنَّ “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih mengetahui tentang keimanan mereka; jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (Al-Mumtahanah: 10) Orang kafir –walaupun ahlul kitab– tidaklah halal bagi seorang wanita muslimah.

5. Tiwalah Tiwalah adalah sesuatu yang dibuat dengan keyakinan bisa membuat suami cinta kepada istrinya atau istri kepada suaminya. Inipun satu amalan yang terlarang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ‏‎ ‎وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ “Sesungguhnya ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud) Inilah sebagian kecil masalah aqidah yang dilanggar sebagian kaum muslimin dalam hal pernikahan. Masih banyak lagi penyimpangan yang terjadi dalam acara pernikahan seperti: sesajen, sembelihan untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan lainnya. Hendaknya setiap muslim berhati-hati, jangan sampai keyakinan dan amalannya terkotori syirik atau kebid’ahan. Sehingga dia bisa meninggal di atas tauhid dan di atas Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Walhamdulillah.

Diambil dari http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=641 dengan sedikit perubahan.