Blognya orang awam, yang iseng belajar komputer. yang penting ambil hikmahnya dan semoga bermanfaat.

Sabtu, 29 September 2012

Bila gagal atau terdepak dari suatu jabatan, maka bersenanglah

Bila gagal atau terdepak dari suatu jabatan, maka bersenanglah

Hampir semua orang pernah menghadapi kegagalan… dengan bentuk,jenis dan volume yang bervariasi:

Ada yang gagal dalam membina rumah tangga
Ada yang tidak berhasil dalam usahanya
Ada yang tidak lulus dalam sekolahnya
Ada yang tersingkirkan dari jabatan atau terdepak dari kedudukannya
Ada yang dikeluarkan dari pekerjaannya

Menghadapi semua itu, Bercerminlah pada anak panah
Ia ditarik mundur, demi untuk melesat maju ke depan dengan sangat cepat dan jauh meninggalkan yang lain.
Pasti ada hikmah di balik semuanya

Lihatlah, perjuangan Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam di kota Mekah, Thaif dan pada akhirnya beliaupun diusir dari kota tercinta itu, untuk apa??? Untuk melesat ke depan menyebarkan Islam dan menaklukkan mereka yang mengusirnya. Tatkala beliau dilarang memasuki kota Mekah di tahun ke 6 H, dihalangi dari melaksanakan Umrah bersama para sahabatnya yang berjumlah 1400 orang dan terjadilah perjanjian yang disebut dengan Shulhul Hudaibiyah.

Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam menerima kenyataan itu dengan lapang dada, walaupun sebutan Rasulullah dihapus dari dalam surat perjanjian, beliau menuruti semua aturan orang-orang kafir walaupun sebagian sahabat merasa berat dan memandangnya sebagai suatu kegagalan, kerinduan mereka untuk thawaf di rumah Allah tak terobati, persyaratan yang diberikan orang-orang kafir begitu merugikan umat Islam secara dhahir, namun hal itu pada hakikat adalah suatu Kemenangan, keberhasilan dan kejayaan yang dekat, kenapa??? Allah berfirman:

{إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا}

“Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (Qs. Al Fath: 1)

Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa fathan mubinanan ini adalah perjanjian hudaibiah. Perjanjian Hudaibiah membuka jalan untuk masuknya manusia ke dalam Islam dengan aman, dan melandaikan jalan untuk menggapai kejayaan yang nyata, ia adalah suatu proses yang harus dilewati untuk menaiki tangga kemenangan Maka apapun yang menimpamu, lihatlah dengan kaca mata optimisme, dan dekatkan diri pada Sang Pencipta.

Jangan Mendustakan Kebaikan Suami

Jangan mendustakan kebaikan suami

Dengan segala niat baik, suami berusaha untuk menyenangkan istrinya, namun dalam mengemudi bahtera kehidupan kadang sang nahkoda berbuat kesalahan(wajar ia manusia), tapi jangan lupa, iapun telah banyak berbuat baik, apa tidak pantas kesalahannya itu dihapuskan oleh kebaikannya yang banyak, atau malah sebaliknya, sehari kemarau melupakan hujan sepanjang tahun.

Kalau anda termasuk yang terakhir, maka ketahuilah bahwa itu salah satu sebab kenapa banyak wanita yang menjadi penghuni api neraka.

Apa kamu mau menjadi penghuni api neraka?? Rasululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :

 {أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ» قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: ” يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ} 

“Neraka diperlihatkan kepadaku, ternyata mayoritas penghuninya adalah kaum wanita karena mereka berbuat kufur”, beliau ditanya: “apakah karena mereka kufur kepada Alloh?”, beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengingkari kebaikannya, seandainya engkau berbuat baik pada salah seorang dari mereka sepanjang masa kemudian ia melihat sesuatu yang tidak ia sukai darimu, ia akan mengatakan: “Aku sama sekali tidak pernah melihat satu kebaikanpun darimu.” [HR. al-Bukhori no. 29]

Kau tidak pernah membahagiakanku!!! Titik.

Suamimu adalah manusia biasa, yang punya kekurangan yang harus kau maafkan dan keistimewaan yang tidak boleh kau abaikan, dengannya bahtera itu akan terus berlabuh sampai ke pantai kebahagiaan kau inginkan.

Rabu, 26 September 2012

Yang kita sukai belum tentu baik:

Allah mengetahui segala sesuatu, yang tersembunyi baginya adalah nyata, Dia mengetahui apa yang telah terjadi, dan apapula yang belum terjadi. Dan yakinlah Kebaikan Allah tak terlukiskan.

Kadang kita membenci sesuatu, namun ternyata sesuatu yang kita benci itu memiliki banyak kebaikan yang tidak kita ketahui, Allah mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui.

Oleh karena itu Allah mengajarkan kepada kita untuk menggunakan kaca mata setengah isi, dalam menjalankan amaran Allah, lihatlah firmanNya, tatkala mewajibkan Jihad, suatu kewajiban yang memiliki resiko nyawa dan harta melayang, anak dan keluarga ditinggalkan, suatu tugas yang penuh dengan tantangan dan pengorbanan, Allah berfirman :

{كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ}

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(Al-Baqarah: 216)

Tatkala para Malaikat Allah ditegur

Tatkala para Malaikat Allah ditegur

Di saat Allah Jalla Jalaluhu hendak menciptakan Manusia, dan Ia mengungkapkan keinginanNya kepada para malaikat, dan berkata [Al-Baqarah: 30] :

{ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً }

“‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." 

Mendengarkan keinginan Allah ini, para malaikat pesimis, mereka memandang kepada sisi negatif manusia yang hendak diciptakan, manusia bakal menjadi sumber malapetaka, maka mereka menanyakan hal itu kepada Allah, sebagai ungkapan tidak setuju, karena takut dan khawatir, mereka berkata :

{قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ}

"Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan Nama-Mu?’ Maka Allah menenangkan para malaikatNya dengan berkata,

{قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ}

"Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”
Allah memandang dengan ilmuNya yang tiada bertepian, Dengan hikmahNya yang tiada batas, Dengan kebaikanNya yang tiada terbilang.

Adapun malaikat mereka memandang dengan segala keterbatasannya, dari sudut pandang yang sempit dan negatif, sehingga merekapun pesimis dengan keberadaan manusia.
Oleh karena itu pada ayat selanjutnya Allah membuktikan bahwa prasangka para Malaikat tidaklah benar. Di mana Allah mengajarkan kepada Adam ilmu-ilmunya, bahkan para Malaikat bersujud untuk Adam, sebagai aplikasi atas ketaatan mereka pada Rabb al Khaliq, yang dalam ciptaan Nya pasti mengandung hikmah.

Maka belajarlah dari peristiwa ini.

Sabtu, 22 September 2012

Setengah Isi Setengah Kosogn

Setengah Isi Setengah Kosong


بسم الله الرحمن الرحيم

oleh Sabilal Rasyad pada 8 Agustus 2012 pukul 1:25 • 

Bila memandang sebuah gelas yang setengahnya isi dan setengahnya kosong :

Sebagian orang akan berkata, "Setengahnya kosong", dan Sebagian lain berucap, "Setengahnya isi". Termasuk yang manakah anda ???

Bila yang pertama, berarti hidup anda senantiasa susah dan sengsara, karena anda selalu lupa dengan isi gelas itu.

Dan bila yang kedua, maka anda adalah orang yang optimis, anda selalu lupa dengan yang kosong, dan tak lupa berucap, "Alhamdulillah, masih ada isinya." 

Sering kali angin bertiup tidak sesuai dengan keinginan nelayan, maka menjadi seorang nelayan harus menerima kenyataan itu, dan menjadikannya ladang untuk lebih banyak mendapatkan ikan dan buruan. Dunia itu indah bila kita memandangnya dengan kaca mata keindahan, dan dunia itu kacau dan berantakan bila kaca mata yang kita gunakan adalah yang hitam dan kelam.

Tiada ciptaan Ilahi yang sia-sia, tiada keburukan dari ciptaanNya melainkan ia mengandung keelokan yang banyak, dan tiada peristiwa yang dalam pandangan sebagian manusia buruk, melainkan ia menyimpan banyak hikmah indah.

Jumat, 21 September 2012

Rahasia - Rahasia Al-Qur'an

ALLAH MENAMBAHKAN NIKMATNYA
KEPADA ORANG-ORANG YANG BERSYUKUR

Setiap orang sangat memerlukan Allah dalam setiap gerak kehidupannya. Dari udara untuk
bernafas hingga makanan yang ia makan, dari kemampuannya untuk menggunakan tangannya
hingga kemampuan berbicara, dari perasaan aman hingga perasaan bahagia, seseorang benar-benar
sangat memerlukan apa yang telah diciptakan oleh Allah dan apa yang dikaruniakan kepadanya.
Akan tetapi kebanyakan orang tidak menyadari kelemahan mereka dan tidak menyadari bahwa
mereka sangat memerlukan Allah. Mereka menganggap bahwa segala sesuatunya terjadi dengan
sendirinya atau mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang mereka peroleh adalah karena hasil
jerih payah mereka sendiri. Anggapan ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan benar-benar
tidak mensyukuri nikmat Allah. Anehnya, orang-orang yang telah menyatakan rasa terima kasihnya
kepada seseorang karena telah memberi sesuatu yang remeh kepadanya, mereka menghabiskan
hidupnya dengan mengabaikan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya di sepanjang hidupnya.
Bagaimanapun, nikmat yang diberikan Allah kepada seseorang sangatlah besar sehingga tak seorang
pun yang dapat menghitungnya. Allah menceritakan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai
berikut:

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.s. an-Nahl: 18).



Meskipun kenyataannya demikian, kebanyakan manusia tidak mampu mensyukuri
kenikmatan yang telah mereka terima. Adapun penyebabnya diceritakan dalam al-Qur’an: Setan,
yang berjanji akan menyesatkan manusia dari jalan Allah, berkata bahwa tujuan utamanya adalah
untuk menjadikan manusia tidak bersyukur kepada Allah. Pernyataan setan yang mendurhakai Allah
ini menegaskan pentingnya bersyukur kepada Allah:

“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur. Allah berfirman, ‘Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi
terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan
mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya’.” (Q.s. al-A‘raf: 17-8).


Dalam pada itu, orang-orang yang beriman karena menyadari kelemahan mereka, di hadapan
Allah mereka memanjatkan syukur dengan rendah diri atas setiap nikmat yang diterima. Bukan
hanya kekayaan dan harta benda yang disyukuri oleh orang-orang yang beriman. Karena orangorang
yang beriman mengetahui bahwa Allah adalah Pemilik segala sesuatu, mereka juga bersyukur
atas kesehatan, keindahan, ilmu, hikmah, kepahaman, wawasan, dan kekuatan yang dikaruniakan
kepada mereka, dan mereka mencintai keimanan dan membenci kekufuran. Mereka bersyukur
karena telah dibimbing dalam kebenaran dan dimasukkan dalam golongan orang-orang beriman.
Pemandangan yang indah, urusan yang mudah, keinginan yang tercapai, berita-berita yang
menggembirakan, perbuatan yang terpuji, dan nikmat-nikmat lainnya, semua ini menjadikan orangorang
beriman berpaling kepada Allah, bersyukur kepada-Nya yang telah menunjukkan rahmat dan
kasih sayang-Nya.
Sebagai balasan atas kesyukurannya, sebuah pahala menunggu orang-orang yang beriman. Ini
merupakan rahasia lain yang dinyatakan dalam al-Qur’an; Allah menambah nikmat-Nya kepada
orang-orang yang bersyukur. Misalnya, bahkan Allah memberikan kesehatan dan kekuatan yang
lebih banyak lagi kepada orang-orang yang bersyukur kepada Allah atas kesehatan dan kekuatan
yang mereka miliki. Bahkan Allah mengaruniakan ilmu dan kekayaan yang lebih banyak kepada
orang-orang yang mensyukuri ilmu dan kekayaan tersebut. Hal ini karena mereka adalah orangorang
yang ikhlas yang merasa puas dengan apa yang diberikan Allah dan mereka ridha dengan
karunia tersebut, dan mereka menjadikan Allah sebagai pelindung mereka. Allah menceritakan
rahasia ini dalam al-Qur’an sebagai berikut:

“Dan ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (Q.s. Ibrahim: 7)


Mensyukuri nikmat juga menunjukkan tanda kedekatan dan kecintaan seseorang kepada
Allah. Orang-orang yang bersyukur memiliki kesadaran dan kemampuan untuk melihat keindahan
dan kenikmatan yang dikaruniakan Allah. Rasulullah saw. juga menyebutkan masalah ini, beliau
saw. bersabda:

“Jika Allah memberikan harta kepadamu, maka akan tampak kegembiraan pada dirimu
dengan nikmat dan karunia Allah itu.


Dalam pada itu, seorang kafir atau orang yang tidak mensyukuri nikmat hanya akan melihat
cacat dan kekurangan, bahkan pada lingkungan yang sangat indah, sehingga ia akan merasa tidak
berbahagia dan tidak puas, maka Allah menjadikan orang-orang seperti ini hanya menjumpai
berbagai peristiwa dan pemandangan yang tidak menyenangkan. Akan tetapi Allah menampakkan
lebih banyak nikmat dan karunia-Nya kepada orang-orang yang ikhlas dan memiliki hati nurani.
Bahwa Allah menambah kenikmatan kepada orang-orang yang bersyukur, ini juga merupakan
salah satu rahasia dari al-Qur’an. Bagaimanapun harus kita camkan dalam hati bahwa keikhlasan
merupakan prasyarat agar dapat mensyukuri nikmat. Jika seseorang menunjukkan rasa syukurnya
tanpa berpaling dengan ikhlas kepada Allah dan tanpa menghayati rahmat dan kasih sayang Allah
yang tiada batas, tetapi rasa syukurnya itu hanya untuk menarik perhatian orang, tentu saja ini
merupakan ketidakikhlasan yang parah. Allah mengetahui apa yang tersimpan dalam hati dan
mengetahui ketidakikhlasannya tersebut. Orang-orang yang memiliki niat yang tidak ikhlas bisa saja
menyembunyikan apa yang tersimpan dalam hati dari orang lain. Tetapi ia tidak dapat
menyembunyikannya dari Allah. Orang-orang seperti itu bisa saja mensyukuri nikmat ketika tidak
menghadapi penderitaan. Tetapi pada saat-saat berada dalam kesulitan, mungkin mereka akan mengingkari
nikmat.
Perlu diperhatikan, bahwa orang-orang mukmin sejati tetap bersyukur kepada Allah sekalipun
mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit. Seseorang yang melihat dari luar mungkin melihat
berkurangnya nikmat pada diri orang-orang yang beriman. Padahal, orang-orang beriman yang
mampu melihat sisi-sisi kebaikan dalam setiap peristiwa dan keadaan juga mampu melihat kebaikan
dalam penderitaan tersebut. Misalnya, Allah menyatakan bahwa Dia akan menguji manusia dengan
rasa takut, lapar, kehilangan harta dan jiwa. Dalam keadaan seperti itu, orang-orang beriman tetap
bergembira dan merasa bersyukur, mereka berharap bahwa Allah akan memberi pahala kepada
mereka berupa surga sebagai pahala atas sikap mereka yang tetap istiqamah dalam menghadapi ujian
tersebut. Mereka mengetahui bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kekuatannya. Sikap istiqamah dan tawakal yang mereka jalani dalam menghadapi
penderitaan tersebut akan membuahkan sifat sabar dan syukur dalam diri mereka. Dengan demikian,
ciri-ciri orang yang beriman adalah tetap menunjukkan ketaatan dan bertawakal kepada-Nya, dan
Allah berjanji akan menambah nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang mensyukuri nikmat-Nya,
baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.

Lirik Lagu Noah Separuh Aku

Lirik Lagu Noah 
Separuh Aku 

Dan terjadi lagi kisah lama yang terulang kembali
Kau terluka lagi dari cinta rumit yang kau jalani
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau sadari cintamu bukanlah dia

Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku dirimu

Ku ada di sini, pahamilah kau tak pernah sendiri
Karena aku selalu di dekatmu saat engkau terjatuh
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau pahami cintamu bukanlah dia

Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku dirimu

Dengar laraku, suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku, menyentuh laramu
Semua lukamu telah menjadi milikku
Karena separuh aku dirimu